Agar bisa makan dengan tenang, sebagian orang memasak dengan minyak zaitun impor yang lebih mahal, ada pula yang mencari minyak segar berkualitas bagus yang diproduksi di Taiwan sendiri.
Melihat adalah percaya: minyak kamelia, minyak wijen dan minyak kacang kebanyakan adalah minyak yang diproduksi dan ditiris di Taiwan. Pada khususnya, oleh karena kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang tinggi, minyak kamelia yang dikenal sebagai ìminyak zaitun Timur Jauhî dengan cepat meraih popularitas tinggi dan harganya pun telah meroket.
Apa sebenarnya keunggulan minyak kamelia yang dipuji sebagai ìmakanan superî dan ìminyak sehatî itu?
Shunfa Oil pertama didirikan pada 1963 sebagai kontraktor peniris minyak di lokasi berdekatan dengan Kuil Chaotian di Kota Beigang. Marketing manager Joseph Lin, keturunan generasi ketiga dari keluarga Lin yang mengelola perusahaan tersebut, mulai memroduksi minyak goreng extra virgin merek Shunfa sendiri beberapa tahun lalu. Ia mendesain botol kaca dan kotak suvenir untuk produk minyaknya dengan gaya modern, dan bahkan membuka sebuah toko retel di Distrik Zhongshan yang ramai di Kota Taipei. Tahun lalu, Lin mendaftarkan minyak kamelia cold pressed perusahaannya untuk mengikuti kompetisi Monde Selection di Belgia dan memenangkan sebuah medali perunggu.
Perusahaan Golden Flower Tea Oil di Sanwan, Miaoli, sementara itu, mengadopsi strategi bercondong pada pemasaran massal. CEO Chen Fu-kang memulai karirnya 30-an tahun lalu sebagai pedagang grosir biji kamelia, bahan utama untuk memroduksi minyak kamelia, yang juga dikenal sebagai minyak biji teh. Tahun 2000, Golden Flower mulai menerima pekerjaan sebagai peniris dan pensuplai minyak bagi perusahaan rantai makanan organik Leezen, dan meluncurkan mereknya sendiri pada 2006 karena kebutuhan pasar yang tinggi.
Pada saat skandal minyak palsu terjadi di Taiwan pada 2004, bisnis Shunfa mulai naik daun, sedangkan produksi Golden Flower juga menggenjot produksinya dan bertumbuh menjadi produser minyak kamelia terbesar di Taiwan.
Pahit namun Menyehatkan
Orang Tionghoa sudah menggunakan minyak kamelia lebih dari 2000 tahun dan menganggapnya sebagai “minyak ajaib.” Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mempromosikannya sebagai minyak sehat. Tapi kesan mayoritas orang saat ini tetap menganggap minyak tersebut hanya untuk dicampurkan dengan misoa. Banyak orang menganggap minyak kamelia, yang dalam bahasa Tionghoa biasanya disebut “minyak teh pahit,” selain terasa pahit, juga hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang perutnya sensitif atau oleh kaum wanita yang baru saja melahirkan.
Apakah minyak kamelia pasti pahit? Jawabannya adalah tidak. “Minyak kamelia bermutu baik tidak hanya tidak terasa pahit, juga memiliki aroma yang harum dan menyenangkan,” kata Susan Huang, asisten general manager Golden Flower.
Kalau mengesampingkan isu subyektif tentang aroma, minyak kamelia niscaya adalah minyak yang baik. Menurut Lin, minyak kamelia mengandung 83% asam lemak tak jenuh tunggal, lebih tinggi dari 73% kandungan dalam minyak zaitun, dan juga banyak komponen menyehatkan badan lain seperti teh polifenol, klorofil dan vitamin E.
Yang lebih mengejutkan lagi bagi banyak orang adalah lemak yang dikandung minyak kamelia bersifat stabil dengan titik asap 252°C, lebih tinggi dari 160°C untuk minyak zaitun umum dan 216°C untuk minyak biji anggur. Titik asap tinggi ini membuat minyak kamelia sesuai untuk semua cara memasak, baik itu tumis, rebus maupun goreng.
Huang mencontohkan tiga jenis minyak teh yang diproduksi Golden Flower dan menerangkan, “Minyak biji teh lebih harum, boleh dipakai untuk menggoreng telur dan ikan; minyak kamelia oleifera merek bunga merah cocok untuk memasak kuliner apa saja; sementara minyak tenuifolia lebih langka, suhu tirisnya lebih rendah, sehingga kandungan klorofil dan polifenol yang terjaga utuh lebih banyak, maka cocok untuk diminum langsung, dicampurkan dengan salad, bahkan bisa dipakai sebagai kosmetik perawatan kulit.
Dari Biji ke Minyak
Minyak kamelia atau minyak biji teh diekstrak dari biji teh kamelia matang. Kamelia sendiri adalah anggota keluarga Theaceae. Mereka adalah salah satu dari empat jenis tanaman berkayu yang bisa memroduksi minyak makan.
Dari bertunas sampai bersemi, kamelia akan berbunga dalam waktu empat atau lima tahun, kemudian harus menunggu sepuluh bulan lagi dari penyerbukan sampai bisa dipanen. Ini bukanlah proses yang mudah.
Ada dua jenis pokok kamelia di Taiwan. Yang pertama ditanam khusus untuk minyaknya dengan variasi buah berukuran besar dan kecil, masing-masing disebut sebagai kamelia oleifera dan kamelia tenuifolia; yang kedua adalah kamelia sinensis yang daunnya dipanen untuk dijadikan teh.
Memproduksi minyak kamelia adalah proses sangat sederhana. Biji yang dipanen pertama-tama dijemur sepanjang sepuluh hari sampai kulit paling luar secara alamiah terpisah dari biji. Kemudian mesin shelling dipakai untuk mengupas lapisan kedua. Sebelum minyak diperas, biji-biji tersebut digiling menjadi bubuk dan dimasukkan ke dalam sebuah ember kayu untuk disterilkan dengan uap. Setelah itu, bubuk basah didinginkan, dikeringkan, dibentuk menjadi kotak-kotak dan diletakkan di bawah tekanan seberat 200-300 kilogram untuk diekstrak minyaknya.
“Minyak kamelia, minyak wijen dan minyak kacang semuanya adalah minyak biji, sementara minyak zaitun adalah minyak dari daging buah,” tutur Huang. Perbedaan paling besar adalah biji untuk membuat minyak biji harus dipanaskan dulu agar kuman bisa dibunuh kuman dan bubuk biji bisa lengket sehingga memudahkan proses ekstraksi minyak.
Ada dua cara yang dipergunakan di Taiwan untuk ekstraksi minyak, yaitu melalui pemerasan expeller dan pemerasan hidrolik.
Bagi Shunfa, proses paling istimewa yang diadopsi adalah “Pemerasan dingin.” “Agar suhu bisa berada dibawah 60°C, setiap bagian dari prosesnya ditangani langsung oleh tenaga manusia dan tidak menggunakan mesin otomatis,” tegas Lin.
Tapi dengan menggunakan ekstraksi pemerasan dingin dan bukan pemerasan hidrolik otomatis, minyak yang diekstrak jauh lebih sedikit. Menurut Lin, sepuluh kilogram biji kamelia hanya bisa menghasilkan sekitar 600 gram minyak tingkat tinggi.
“Faktor paling penting yang mempengaruhi bagus atau tidaknya mutu minyak kamelia adalah kesegaran bahannya.” Chen Fu-kang mengemukakan, setelah melalui proses penjemuran, pengeringan, pengupasan kulit dan lapisan kedua, biji kamelia harus segera disimpan dengan suhu rendah sampai dimulainya produksi order yang diterima. Proses produksi tidak banyak berbeda, yaitu pemerasan dingin, penyaringan, pengendapan dan terakhir pembotolan.
Lokakarya Komunitas Minyak Kamelia
Meski memiliki banyak keunggulan, minyak kamelia kurang bisa diterima oleh kalangan remaja. Ini pada prinsipnya disebabkan rasa pahitnya.
Dibandingkan minyak lain yang diproses secara kimia untuk menghilangkan rasa pahitnya (tapi mungkin meninggalkan residu beracun), minyak virgin mempertahankan rasa dan aroma orijinalnya. Namun dengan bahan baku berkualitas lebih tinggi dan majunya teknologi pemrosesan, rasa pahit yang biasanya dimiliki minyak kamelia sekarang sudah tidak lagi ditemukan.
Huang menghimbau konsumen untuk memakai minyak beraroma, “Minyak sulingan mungkin tidak mempunyai rasa dan warna, tapi kita sama sekali tidak tahu apakah mereka segar atau tidak, bermasalah atau tidak.”
Sebaliknya, minyak yang lebih alamiah lebih tidak tahan lama, harus dimakan segar. “Alasan untuk makan minyak segar sama dengan minum kopi yang baru digiling. Semakin pendek waktu oksidasinya, berarti minyak itu semakin tidak asam dan semakin segar.”
Untuk mempromosikan konsep minyak segar, Golden Flower Mei lalu membuka sebuah “Lokakarya komunitas minyak” di suatu kontener perkapalan di Pasar Hoh di Zhubei, Kabupaten Hsinchu. Di lokakarya tersebut, diproduksi minyak kamelia segar dan dijual makanan sederhana yang dibuat darinya, antara lain misoa dan salada sayuran yang dicampur dengan minyak dan cuka; juga secara tidak rutin menawarkan kelas memasak dengan minyak kamelia.
Memelihara Manusia dan Lingkungan
Tidak semua orang suka pada aroma minyak kamelia, namun sehubungan dengan semakin diutamakannya kesehatan, semakin banyak orang mulai menerima minyak berkualitas baik yang diproduksi secara lokal ini. Tapi, suplai biji kamelia domestik sama sekali tidak cukup, lebih dari 90% harus diimpor.
Menurut statistik tahun 2014 dari Dewan Pertanian, produksi tahunan biji kamelia di Taiwan hanya sekitar 1 juta kilogram, mayoritas di Chiayi, Nantou dan Miaoli.
Beberapa tahun terakhir, untuk meninggikan persentase produk minyak makan yang diproduksi secara domestik dan untuk menjamin keamanan minyak makan, Institut Riset Kehutanan Taiwan telah membentuk suatu tim riset minyak kamelia dari para periset di Tea Research and Extension Station dan Tainan District Agricultural Research and Extension Station. Tim tersebut sedang bekerja keras memilih jenis kamelia paling sesuai untuk dibudidaya dan memperbaiki proses penanaman agar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas.
Tahun 2015, Golden Flower bekerja sama dengan organisasi promosi pencegahan kanker mulut Yayasan Kesejahteraan Sosial Sunshine, membangun suatu situs kultivasi kamelia di desa aborijin Gluban (Qingliu) di Kabupaten Nantou. Golden Flower menawarkan pemrosesan minyak kamelia secara gratis, tapi meminta para petani tidak memakai pestisida dan herbisida dalam proses penanaman.
Berkat upaya dari berbagai pihak, minyak kamelia segar tidak hanya melindungi kesehatan orang-orang yang mengkonsumsinya, juga membantu memelihara bumi kita.