Mengembalikan Ingatan Budaya Masyarakat Umum
Teraso adalah salah satu metode pelaksanaan konstruksi, bagi orang Taiwan, ini juga merupakan kode budaya yang telah mengakar kuat di hati, tidak sedikit orang yang memiliki perasaan terhadapnya. “Menginjak lantai teraso, memberikan perasaan yang mendalam, keakraban layaknya kembali ke pelukan ibu.” Demikian ujar Chen Bing-yuan pemilik industri batu “Santa Form”, dengan beberapa kata mengungkapkan gambaran teraso di hati orang Taiwan.
Karena kecintaannya pada teraso, ia berkonsentrasi sepenuhnya mempelajari metode pembuatan ini, “akan tetapi orang-orang dekat seperti ayah dan senior yang menggeluti material bangunan berkata, teraso adalah barang lama di masa lalu hingga saat ini sudah ditinggalkan, mengapa kamu masih mempelajarinya?
Sekitar 40 tahun lalu, ayah Chen Bing-yuan sebenarnya bekerja di NanAo, tetapi melihat prospek yang cerah dalam bidang material batu bagi industri konstruksi, ia kemudian mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memboyong keluarganya pindah ke Kaohsiung, mendirikan usaha “Santa Form”.
Saat itu perekonomian Taiwan sedang berkembang pesat, perusahaan properti membangun “rumah baru siap dijual” di mana-mana. Di masa lantai kayu dan ubin belum tren, material batu menjadi bahan yang dominan, dari batu kerikil untuk bagian luar dinding, teraso untuk lantai, “Menggunakan satu jenis bahan sudah dapat membangun sebuah rumah,” tutur Chen Bing-yuan.
Sejak kecil tumbuh dan dibesarkan di antara tumpukan batu, dengan penuh perasaan Chen Bing-yuan mengatakan, “Saya dibesarkan oleh batu-batuan ini, jadi saya juga ingin melihat sampai sejauh mana teknologi ini dapat berjalan.” Oleh karena itu, setelah meneruskan bisnis keluarganya selama sepuluh tahun lebih, selain mempertahankan usaha awal jual beli bahan baku batu, dalam situasi di mana tidak dilihat sebagai sesuatu bisnis yang baik, Chen Bing-yuan dengan profesionalismenya sebagai perancang desain interior juga menerima beberapa proyek kontruksi teraso. Meskipun Chen Bing-yuan sendiri mengakui bahwa metode teraso sudah tidak populer seperti dulu dan kekurangan tenaga kerja, semuanya merupakan kenyataan yang ada, tetapi dapat menyelesaikan ide-ide liar dari pelanggan adalah sesuatu yang dapat membuatnya merasa puas.
Teknologi teraso, aslinya bukan ditemukan di Taiwan. Berdasarkan catatan sejarah, teraso bermula dari Venice – Italia, yang kemudian diperkenalkan dan masuk ke Taiwan oleh orang Jepang pada era kolonialisasi Jepang, mengenai kapan diperkenalkan dan masuk ke Taiwan tidak diketahui waktu tepatnya. Asisten Dosen Jurusan Arsitektur, Yeh Jun-lin menjelaskan, teraso termasuk bahan batu “buatan manusia”, “jumlah produksi bahan batu Taiwan tidak banyak, ditambah lagi dengan bahan batu alami, pengolahan, dan pengangkutan yang modal biayanya sangat tinggi. Meskipun teraso juga menggunakan bahan batu alami, selain itu juga dicampur dengan mortar (pasta dari campuran semen, pasir dan air) dalam jumlah besar, sehingga dapat mengurangi banyaknya penggunaan bahan batu dan teksturnya menjadi halus dan mulus, serta tidak dapat dibedakan dengan penggunaan bahan batu jika dilihat dari kejauhan.” tutur Yeh Jun-lin.
Dilihat dari sudut pandang pemakai, teraso mudah dibersihkan, dan hampir tidak ada batasan waktu pemakaiannya. Meskipun rusak atau retak, tidak perlu perbaikan besar, cukup dengan perbaikan pada bagian yang rusak saja. Apabila sudah menua, maka penggilingan ulang dapat memperpanjang waktu pemakaiannya, jadi dapat dikatakan sebuah bahan yang tahan lama. Selain itu, teraso yang sejuk saat disentuh ini sangat cocok dengan cuaca Taiwan yang panas. Tidak menyerap air, tidak mudah menyebabkan kelembaban dan berbagai keunggulan lainnya membuat teraso menjadi populer di kalangan masyarakat Taiwan.
Jejak teraso dapat ditemukan di gedung-gedung tua yang dibangun pada era kolonialisasi Jepang seperti Istana Kepresidenan, gedung Yuan Pengawas, Hsinchu City Hall dan lain-lain. Menggemakan sejarah usaha “Santa Form” yang dideskripsikan Chen Bing-yuan, era tahun 1950 – 1980 adalah masa puncak kejayaan teraso di Taiwan. Lantai, bagian bawah dinding baseboard, dinding pendek dan lainnya dari rumah tinggal, kuil, sekolah, kantor pemerintahan, semua dapat menemukan jejak dari teraso.
Lantai dengan mosaik putih, abu dan hitam yang paling akrab di masyarakat Taiwan sekarang ini terbuat dari bahan baku produk lokal. Warna hitam adalah batu serpih dari pelabuhan Wushi, Yilan atau Sandimen, Pingtung, sama seperti bahan yang digunakan untuk rumah lempengan batu hitam (slab houses) dari penduduk asli Taiwan. Selain itu juga ada batu marmer hitam dari Yilan, Hualien dan Taitung. Warna abu-abu dari “batu putih sedang” dan warna putih dari bahan batu termasuk batu marmer, semuanya berasal dari pesisir timur Taiwan.
Pola gambar teraso biasanya menggemakan latar belakang dari pemilik, menampilkan ekspresi yang unik tiada duanya.
Masalah pemasangan teraso yang memerlukan banyak waktu, berdebu dan lainnya sehingga sekarang ini lebih sedikit orang yang menggunakannya.